Pendeta Isaac Munther dari Palestina
mengajak orang-orang lain yg ingin memahami apa yang sebenarnya terjadi dan
penderitaan seperti apakah yang dialami oleh rakyat Palestina dengan mengatakan
"Come and listen. Come and talk to us."
Pengalaman nyata yang dikisahkan oleh
mereka yang mengalami langsung penderitaan itu saat demi saat, adalah
pengalaman yang valid yang menjadi sumber bagi pengetahuan dan bagi perumusan
teologi pembebasan, yang menggerakkan keseluruhan pilihan praksis dan tindakan
keberpihakan.
Datang, mendengarkan dan menyelami pengalaman penderitaan rakyat Palestina adalah gerakan fundamental yang penting untuk dapat membebaskan diri dari seluruh konstruksi pengetahuan diskriminatif yang diformulasikan oleh kaum Zio dan kroni-kroni atau budak-budaknya.
Datang dan berbicara dengan mereka tidak selalu harus dipahami secara fisik, namun dapat dipahami sebagai gerak menghadirkan diri secara otentik dan otonom ke dalam seluruh pengalaman mereka, agar gema penderitaan dan harapan mereka menjadi gema di dalam diri kita sendiri, agar pengalaman luka mereka menjadi pengalaman luka kita sendiri. Dalam bahasa teologis, ini disebut "incarnatio", inkarnasi, merasuk dan mendaging dlm pengalaman real mereka, menyelami secara mendalam dan penuh komitmen, merasuk menjadi manusia Palestina dengan seluruh pengalaman mereka.
Dari sanalah seluruh refleksi teologi itu dirumuskan, sehingga sungguh memenuhi kriteria "berteologi dari pengalaman" sebagaimana dituntut oleh teologi kontekstual dan teologi pembebasan. Ini sebuah teologi yang berpihak dengan prinsip "preferential option for and with the poor and displaced people". Ini adalah teologi yang secara tegas dan berani menghadapi seluruh kolonialisme sejak di dalam pikiran.
Palestina berhak dibela untuk mencapai
pembebasan dan kemerdekaan.
No comments:
Post a Comment