Thursday, August 05, 2010
Mukjizat Ahmadiyah
Oleh Indro Suprobo
Dalam hidup kita sehari-hari sebenarnya tersedia begitu banyak mukjizat. Namun mukjizat ini biasanya hanya dapat dilihat, dirasakan dan diamini oleh mereka yang berhati bening, wening dan eling. Maklumlah, keseharian kita seringkali sudah terlalu kental oleh berbagai polutan yang menghalangi diri kita untuk dapat melihat hal-hal sederhana dalam kebeningan, keweningan dan ke-elingan. Polutan itu bermacam-macam sifatnya, termasuk polutan yang seolah-olah bersifat religius.
Salah satu mukjizat yang mungkin baik untuk dicermati adalah mukjizat kaum Ahmadi. Mukjizat ini tersembunyi dalam hidup keseharian yang sederhana karena ia memang tidak gegap gempita, tidak memamerkan dirinya, tidak mendamba liputan media, dan sangat menikmati segala yang bernilai sahaja. Begitulah sejatinya mukjizat. Ia bersahaja dan tidak gegap gempita namun agung mempesona dan mengharukan jiwa.
Marilah kita lihat mukjizat yang pertama.
Dunia kita sekarang cenderung dilandaskan pada keinginan besar untuk mengakumulasi keuntungan. Ia menjiwai banyak sekali peristiwa sehari-hari. Bantuan-bantuan luar negeri atau lebih tepatnya hutang luar negeri, sangat mencolok berlandaskan pada keinginan semacam ini. Senyatanya, hutang luar negeri ini adalah upaya untuk mengakumulasi keuntungan sang pemberi hutang. Sementara para pemuka negeri penghutang itu, berlomba-lomba mengkorupsi hutang itu juga untuk akumulasi keuntungan sendiri. Sistem ekonomi dunia juga dilandaskan pada keinginan ini. Washington Consensus adalah contoh paling nyata. Keinginannya dirumuskan dalam prasyarat-prasyarat seperti deregulasi, liberalisasi, dan privatisasi, yang justru menjerumuskan masyarakat dunia ke dalam jurang kemiskinan dan ketergantungan abadi. Akibatnya, negeri-negeri penghutang seperti Indonesia, harus mengalokasikan sepertiga dari anggaran belanjanya hanya untuk membayar cicilan bunga hutang. Dengan begitu, kesanggupannya untuk memberikan jaminan kesejahteraan kepada penduduk negerinya menjadi sangat kecil. Di tengah dunia yang seperti ini, sistem candah yang dijalankan oleh kaum ahmadi di seluruh dunia, merupakan mukjizat yang tiada terkira. Ia menjadi sistem yang berorientasi kepada kesanggupan untuk menjamin kesejahteraan bersama. Mukjizat ini semakin terasa karena kaum ahmadi yang mengelolanya tidak pernah tega hati untuk melakukan korupsi. Diberkatilah kaum ahmadi yang menjalankan hidup seperti ini!
Bagaimanakah mukjizat yang kedua?
Hidup sehat sehari-hari di dunia ini semakin terasa mahal sekali. Di berbagai negeri menjamurlah beribu ragam perusahaan asuransi. Namun sayang seribu sayang, seribu ragam perusahaan asuransi itu hanya mungkin dijangkau oleh kaum berduit tinggi. Belum lagi, jika perusahaan asuransi itu sangat dilandasi lagi-lagi oleh keinginan untuk mengakumulasi keuntungan sendiri. Sehingga Michael Moore, sutradara ternama itu harus membuat film dokumenter “Sicko” yang berkisah tentang tragedi perusahaan-perusahaan asuransi kesehatan di beberapa negeri. Ia membongkar kelicikan, keculasan dan taktik kotor bisnis asuransi kesehatan, dengan korban-korban yang nyata. Di tengah keriuhan bisnis kesehatan sehari-hari, kehadiran homeopathi dan sistem kesehatan yang dikelola oleh kaum ahmadi merupakan mukjizat yang tak terperi. Homeopathi adalah produk kesehatan modern yang hormat kepada tradisi. Harganya sama sekali tidak dilandaskan kepada keinginan untuk mengakumulasi keuntungan diri, karena sungguh-sungguh diberikan sebagai layanan kesehatan yang penuh ikhlas hati. Ia diberikan secara cuma-cuma tiada terkira, alias gratis seikhlas hati. Pantas dicatat bahwa kata “gratis” berasal dari kata Latin “gratia” (baca: gratsia) yang berarti rahmat atau ungkapan terima kasih. Sehingga pengelolaan kesehatan gratis itu merupakan luberan kesadaran kaum ahmadi akan rahmatullah atau ungkapan syukur-terima kasih kaum ahmadi kepada Allah, Sang penyelenggara kesehatan seluruh ciptaan. Kalau toh ada yang ingin membayarnya, ia akan disebut memberikan infaq, lagi-lagi seikhlas-ikhlasnya hati. Tentu saja, ada pula homeopathi yang bukan produksi kaum ahmadi. Namun jangan tanya harganya. Wow, bisa-bisa tidak terkira. Sebungkus plastik kecil homeopathi kaum ahmadi yang diberikan seikhlas hati, bisa berharga berjuta-juta di toko-toko kesehatan swasta. Inilah mukjizat kaum ahmadi yang dapat dicermati dalam hidup sehari-hari.
Mukjizat ketiga dapat ditemukan dalam praksis hidup kaum ahmadi yang tak pernah dipublikasi. Praksis mulia ini dijalankan secara tersembunyi, persis seperti nasihat nabi Isa, manusia sahaja dari desa Nasareth,”Apa yang diperbuat oleh tangan kananmu, janganlah diketahui oleh tangan kirimu”. Di tengah hidup yang serba berbayar, baik pra-bayar maupun pasca-bayar, kaum ahmadi telah sudi dengan setulus hati untuk menyumbangkan bagian penting hidupnya bagi sesama. Setiap tiga bulan sekali, kaum ahmadi akan mendonorkan darahnya untuk kehidupan orang lain yang harus disubsidi. Mendonorkan darah adalah memberikan kehidupan. Selain itu, setiap kaum ahmadi akan mendonorkan matanya ketika ia telah meninggal dunia. Perhatikanlah, betapa indah laku hidup semacam ini, ketika sampai pada saatnya ia harus menutup mata, ia memberikan matanya agar orang-orang lain dapat melihat dunia. Subhanallah!
Karena itulah saya bersaksi atas kebaikan dan mukjizat kaum ahmadi di negeri ini. Jangan lagi ada segel dan kunci di rumah ibadah kaum ahmadi yang penuh ikhlas hati dan tulus murni berbagi tanpa keinginan mengakumulasi keuntungan diri.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment