Dua pengalaman fundamental yang
dialami oleh Rasulullah Muhammad SAW adalah pengalaman sebagai anak yatim
piatu, yakni kehilangan kedua orangtuanya pada masa kanak-kanak, dan pengalaman
mendapatkan topangan kasih sayang dari keluarga terdekatnya.
Dua pengalaman fundamental ini
memengaruhi pembentukan jiwanya dan terwujud sampai akhir hidupnya, yakni
menghadirkan kasih sayang dalam berbagai rupa keadilan, dan memperhatikan anak
yatim.
Kasih sayang ibundanya di dalam
kerentanan hidup tanpa ayah dan kasih sayang keluarga dekatnya ketika ia
akhirnya juga kehilangan ibundanya, merupakan implisit habitus yang membentuk
seluruh kognisi dasarnya tentang kehidupan, menjadi pribadi yang menghadirkan
kasih sayang.
Barangkali pula, kasih sayang
ibundanya, sebagai implisit habitus atau teladan yang sangat nyata dan tertanam
mendalam di dalam memori dan pengalaman batinnya, merupakan fondasi penting
dari pembentukan cara berpikir, sikap dan tindakannya yang penuh hormat dan
perlindungan kepada perempuan.
Dalam konteksnya saat itu, cara
berpikir, sikap dan tindakan penuh hormat thd martabat perempuan, termasuk
mengijinkan perempuan untuk terlibat dalam tradisi kultural suku-suku yang
disebut ghazw (serangan untuk merebut harta tanpa membunuh - khas tradisi
suku-suku badui di wilayah yang sangat terbatas ketersediaan sumber
penghidupan), merupakan cara berpikir, sikap dan tindakan yang sangat progresif
dan boleh dikatakan subversif (mengancam kemapanan atau status quo).
Menelusuri proses pembentukan
subyek Rasulullah Muhammad SAW yang menghadirkan kasih sayang, keadilan dan
perhatian thd yatim piatu ini, merupakan langkah penting utk menyelami dinamika
batin seorang pribadi yang sangat berpengaruh pada masa kemudian dan mewariskan
begitu banyak nilai dan keteladanan.
Peringatan maulid Nabi yang akan
jatuh pada tgl 16 Sept 2024 nanti, merupakan kesempatan dan undangan yang
sangat berharga bagi setiap orang, apapun latar belakang agamanya, untuk berani
menyelami proses pembentukan subyek itu dengan menelusur konteks-konteks yg
melingkupinya. Dibutuhkan keterbukaan, keramahtamahan (hospitalitas) di dalam
batin, sikap lepas bebas (detachment) termasuk bebas dari prasangka, empati,
simpati, dan compassion, agar penelusuran itu sungguh-sungguh memasuki
kejernihan, kebeningan dan keheningan yang produktif, yang pada gilirannya
mengalirkan sikap hormat dan syukur atas nilai dan keteladanan yg telah
dihadirkan oleh pribadi yang unik dan istimewa bagi banyak orang ini. Dan
bersiap-siaplah, kasih sayang dan keadilan yang ia hadirkan dalam banyak cara
sepanjang hidupnya itu, akan menggetarkan batin kita, merambat perlahan namun
kuat di antara keheningan, silentium, solitudo.
Selamat memasuki peringatan
Maulid Nabi.
No comments:
Post a Comment