Pernyataan Bapa Fransiskus yang disampaikan
melalui tweetter ini tampaknya merujuk kepada sebuah perikop dalam Injil Lukas,
yakni Luk 18:1-8. Dalam perikop ini Yesus menegaskan kepada para muridnya untuk
selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu. Melalui perumpamaan tentang hakim yang
tidak baik, Yesus hendak mengatakan bahwa jika hakim yang tidak baik saja
akhirnya memberikan pembenaran kepada janda yang terus-menerus datang meminta
pembelaan haknya supaya ia tidak merasa terganggu, apalagi Bapa yang di surga, pasti
akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepadaNya
tanpa harus mengulur waktu untuk memberikan pertolongan.
Dalam kehidupan sehari-hari, lebih banyak
orang berpandangan bahwa berdoa itu sama dengan menyampaikan permohonan kepada
Tuhan dan berharap bahwa Tuhan mengabulkan permohonan itu. Jika permohonan itu
dikabulkan, maka itulah yang disebut dengan doa yang berhasil. Sebaliknya, jika
permohonan yang disampaikan dalam doa itu tidak dikabulkan atau belum
dikabulkan padahal sudah selalu berdoa berkali-kali, lebih banyak orang merasa
bahwa doa itu tidak lagi berguna. Dalam situasi yang sangat sulit, lebih-lebih
jika situasi sulit itu berlangsung dalam waktu yang lama, di mana tampaknya
tidak harapan, orang seringkali cenderung berpandangan bahwa doa itu tidak lagi
berguna, karena tak ada harapan bahwa permohonan yang disampaikan itu akan
dikabulkan oleh Tuhan.
Di kalangan para mistikus, yakni orang-orang
yang secara serius dan tekun mendalami kehidupan spiritual, doa tidak
semata-mata dipahami sebagai sarana untuk mengajukan permohonan kepada Tuhan
sehingga permohonan yang disampaikan itu pada akhirnya dikabulkan. Bagi para
mistikus, doa adalah sebuah latihan rohani, perjuangan dan laku spiritual yang
terus-menerus dilakukan, dipelajari, dan dijalankan tanpa pernah berhenti pada
apa yang disebut sebagai puncak keberhasilan. Doa adalah latihan rohani yang
dinamis, selalu harus diperbaharui, selalu harus dilatihkan dalam ketekunan dan
disiplin. Dalam latihan rohani itu, yang pertama-tama dilakukan adalah
mengucapkan syukur kepada Tuhan atas seluruh anugerah yang telah diterima
sampai dengan detik ini. Anugerah kesehatan, anugerah keindahan pagi, anugerah
keluarga yang penuh kasih sayang, anugerah persahabatan, anugerah kesanggupan
untuk berbagi dan banyak hal lain. Hal yang kedua yang dilakukan di dalam
latihan rohani adalah memohon belas kasih Allah dan pengampunan. Dengan
demikian, dua hal di dalam doa adalah syukur dan mohon belas kasih. Dari dua
hal ini, sejatinya akan mengalir segala macam karunia dan anugerah dari Allah,
termasuk kebeningan hati dan budi yang memungkinkan orang mengetahui apa yang
sebaiknya disampaikan sebagai permohonan kepada Allah.
Oleh karena itu, ketika orang mengalami
kesulitan untuk berdoa, atau merasa tidak melihat harapan dari sebuah doa,
bahkan sama sekali tak memiliki keinginan untuk berdoa, sementara Yesus sendiri
berpesan agar tidak kita berdoa tanpa jemu, maka satu-satunya hal penting yang
harus dilakukan adalah berdiam diri dan mengucapkan dengan mulut, kata-kata
ini: “Tuhan terima kasih…Tuhan terima kasih”. Atau, jika sangat sulit untuk
mengucapkan kata terima kasih, maka ucapkanlah “Tuhan kasihanilah kami….Tuhan
kasihanilah kami”.
Dalam pengalaman banyak orang yang berhasil
mengatasi kesulitan dalam berdoa, doa singkat yang berisi “Tuhan kasihanilah
kami” merupakan cara jitu yang sangat membantu agar orang akhirnya tetap dapat
berdoa, bahkan dalam situasi paling sulit sekalipun. Lakukanlah doa singkat
yang berisi ungkapan “Tuhan kasihanilah kami” itu secara berulang-ulang,
terus-menerus dilakukan sepanjang waktu seperti orang yang melakukan dzikir.
Pada akhirnya, doa singkat itu, akan mengalirkan daya rohani bagi orang yang
melakukannya sehingga budi dan hatinya akan sedikit-demi sedikit terbuka dan
sanggup mengalami kehadiran Tuhan yang lembut namun dasyat di dalam jiwanya.
Pesan Yesus agar para muridnya berdoa tanpa
jemu, sebenarnya hendak menyatakan bahwa Allah yang adalah Bapa kita, sejatinya
tak pernah meninggalkan kita, tak pernah tidak memperhatikan kita karena Ia
senantiasa hadir dan dekat di dalam jiwa kita, namun kitalah yang seringkali
tak sanggup menyingkapkan selubung yang menghalangi budi dan hati kita untuk
merasakan dan mengalami kehadiran Allah Bapa yang sangat dekat itu. Kitalah
yang merasa jauh, merasa tanpa kehadiran Allah, merasa putus harapan dan
sebagainya. Dalam latihan rohani,
situasi seperti itu disebut sebagai desolasi, yakni situasi tanpa penghiburan.
Pesan Yesus agar kita senantiasa bertekun
dalam doa, dengan demikian juga hendak menyatakan bahwa, dalam situasi
desolasi, dalam situasi tanpa penghiburan, dalam situasi di mana kita merasa
bahwa doa itu tak ada gunanya, hendaklah kita tidak melarikan diri dengan
memutus doa, memutus komunikasi dan dialog batin dengan Tuhan. Dalam situasi
itu, satu-satunya hal yang tetap harus dilakukan adalah membangun komunikasi
terus-menerus dengan Tuhan. Sekali lagi, dalam situasi paling sulit, maka
berdoalah “Tuhan kasihanilah kami” secara berulang-ulang, terus-menerus, tanpa
kunjung putus. Niscaya, daya-daya rohani yang berupa keheningan batin,
keterbukaan, ketundukan kepada Allah, kesadaran akan kebesaran Tuhan dan kekerdilan
diri, kesadaran sebagai pribadi yang penuh dosa dan kekurangan namun senantiasa
dicintai oleh Tuhan, akan mengalir di dalam diri kita, sehingga kita semakin
dapat mendengarkan Tuhan yang berbicara di dalam hati kita dan menuntun kita
untuk mengambil keputusan-keputusan yang penting dan perlu di dalam hidup kita.
Salah satu gerakan fisik yang dapat membantu
jiwa kita untuk tetap terhubung dengan Tuhan pada saat desolasi atau dalam
situasi tanpa penghiburan, adalah bersujud dengan dahi sampai menyentuh tanah,
sambil berulang-ulang mengucapkan “Tuhan kasihanilah kami”.
Oleh karena itu, tetaplah bertekun di dalam
doa, agar daya-daya rohani itu mengalir dalam diri kita, dan Allah sendiri yang
memampukan kita untuk merasakan kehadiranNya, dan merasakan anugerah-anugerah
yang dilimpahkan kepada kita secara tak terbatas. Hanya di dalam doa yang tak
kunjung putuslah, seluruh pilihan tindakan sosial kita akan dijamin berada
dalam berkat Tuhan, sehingga melalui pekerjaan-pekerjaan harian kita, kita
dapat semakin dapat mengalirkan berkat Tuhan itu kepada sesama.***
(Indro Suprobo)
No comments:
Post a Comment