Wednesday, November 08, 2017
Janganlah berhenti berdoa – Paus Fransiskus
Tuesday, October 24, 2017
Realisme Ahmad Tohari, sebuah Kata Pengantar
Oleh Indro Suprobo
Cerita-cerita Pendek karya Ahmad Tohari memang memiliki gaya yang unik, yakni selalu berkaitan dengan peristiwa hidup sehari-hari yang nyata, sederhana, menghadirkan orang-orang yang konkret dengan pengalaman yang dapat dijumpai di mana-mana. Orang menyebutnya bergaya realis.
Salah satu kelebihan dari cerita pendek bergaya realis adalah kesanggupan untuk menarik pembaca memasuki pengalaman nyata yang digambarkannya dan terlibat di dalamnya, seolah-olah pembaca memang berada di antara peristiwa itu dan bertemu dengan orang-orang yang digambarkan dalam cerita itu. Pada gilirannya, ini memudahkan pembaca untuk ikut memasuki keprihatinan, kegembiraan, keharuan, bergulat dengan pertanyaan yang dihadapi tokoh cerita, dan pada akhirnya menemukan nilai yang tersembunyi dalam peristiwa dan cerita. Cerita pendek bergaya realis juga memiliki kelebihan mudah melekat dalam pengalaman pembaca seolah-olah itu merupakan pengalamannya sendiri, dan itu membuka ruang luas untuk menjumput kekayaan nilai yang terhampar dalam peristiwa yang digambarkan.
Menulis karya sastra berjenis realis ini tampaknya bukan sekedar merupakan pi-lihan gaya penulisan, melainkan sebuah luberan dari seluruh pilihan hidup dan tindakan sosial Ahmad Tohari sehari-hari. Memper-hati-kan realitas sosial di sekelilingnya dan terlibat secara konkret di dalamnya, sudah merupakan gaya hidupnya sehari-hari. Semua itu sudah merupakan keterlibatan yang ikhlas sekaligus bersifat imperatif di dalam batin. Dengan demikian, menulis karya sastra dalam bentuk cerpen maupun novel dan keterlibatan konkret dalam realitas sosial merupakan satu tarikan nafas yang tak terpisahkan dan tanpa jarak. Orang Jawa menyebutnya dengan istilah "manjing".
Oleh karena itu, yang khas dari karya-karya Ahmad Tohari adalah aspek kon-tekstualitasnya. Inspirasi sastrawinya berasal dari suatu lingkup yang jelas, terbatas, berhubungan langsung dan dekat, dapat dengan mudah ditemui di dalam peng-alaman, dan bercita-rasa lokal. Namun demikian, seluruh kekayaan nilai yang terkandung di dalamnya senantiasa bersifat universal.
Melalui kumpulan cerita pendek yang bersifat realis dan kontekstual ini, para pembaca dapat menyelami kegembiraan sederhana, kegelisahan yang nyata, sikap belarasa yang tulus, kemurahan hati yang mengalir ringan, sindiran yang tajam, kelucuan yang cerdas, sekaligus kritik yang gamblang.
Pada bagian akhir, disajikan pula ko-mentar, kritik, dan saran dari para pem-baca terhadap karya-karya ini. Mereka yang menulis komentar, kritik dan saran itu berasal dari beragam kalangan, tak keting-galan para pembaca berusia muda.
Selamat membaca.
Wednesday, October 04, 2017
Kita Semua Memiliki Tanggung Jawab Untuk Melakukan Kebaikan – Paus Fransiskus
Wednesday, September 06, 2017
Mengkonsumsi Berita Palsu itu sama saja dengan Mengkonsumsi Kotoran Manusia
Thursday, August 24, 2017
Teruslah Berbuat Baik Kepada Siapapun – Paus Fransiskus
Saturday, July 01, 2017
Hidup adalah Perjalanan, Jika berhenti, kita akan menghadapi persoalan besar – Paus Fransiskus
Saturday, June 10, 2017
Kesanggupan untuk Mendengarkan adalah Landasan Utama bagi Perdamaian
Tuesday, June 06, 2017
Kita musti berdoa agar meraih kemenangan melalui perdamaian, bukan melalui peperangan
Thursday, March 09, 2017
Berteologi Sosial melalui Cerpen dan Narasi
Oleh Indro Suprobo
Kumpulan Cerpen dan Narasi Fiksional Historis yang diterbitkan dalam buku kecil dan sederhana ini sebenarnya merupakan media bagi penulis untuk menuangkan percikan-percikan gagasan, sikap, pilihan dan posisi pemikiran teologi sosial penulis sendiri. Percikan pemikiran teologi sosial dalam rupa cerita pendek dan narasi fiksional historis yang terbentang dari tahun 1999 sampai dengan 2017 ini merupakan keprihatinan dan komitmen penulis terhadap nilai-nilai kemanusiaan, perdamaian, dan keadilan. Memang tulisan-tulisan dalam buku kecil ini tidak diurutkan menurut usianya melainkan diurutkan secara acak saja. Jika ditelusur dari usia tulisan, tulisan paling tua adalah Cerita Pendek berjudul "Tuhan Agamamu Apa?" yang dimaksudkan sebagai upaya membongkar ketertutupan dan kemapaman cara beragama sebagian masyarakat, atau cara sebagian masyarakat memikirkan agama, yang cenderung mendaku bahwa kebenaran tunggal hanya ada di dalam keyakinan yang dimilikinya. Sementara, tulisan paling muda adalah narasi fiksional berjudul "Suatu Senja di Cleveland", yakni sebuah narasi fiksional reflektif tentang praksis tradisi pendidikan yang dianalisis dengan menggunakan prinsip-prinsip Appreciative Inquiry.
Yang dimaksud dengan Narasi Fiksional Historis dalam buku kecil ini adalah sebuah kisah ciptaan yang diproduksi dengan memanfaatkan informasi dan data yang real dan historis yang diperoleh dari beragam sumber. Narasi Fiksional Historis merupakan media yang dipilih untuk menyampaikan percikan gagasaan dan pemikiran penulis agar cara penyampaian itu menjadi lebih menarik, melibatkan pengalaman emosional, menghidupkan imajinasi, dan diharapkan menjadi cara yang efektif untuk memfasilitasi pembaca terlibat di dalam pengalaman.
Penuangan gagasan dan percikan pemikiran teologi sosial dalam bentuk cerita pendek dan narasi fiksional historis ini sangat dilatarbelakangi oleh metode studi teologi yang dijalani oleh penulis sendiri, yakni sebuah metode teologi kontekstual yang berprinsip "berteologi melalui pengalaman nyata". Dalam metode teologi semacam itu, orang yang menjalankan teologi atau orang yang berteologi, harus benar-benar masuk dalam pengalaman, secara nyata "mengalami sendiri" situasi konkret yang dihadapi itu, mencermati seluruh kompleksitas persoalan yang ditemukan, menyusun peta dan analisis sosial, serta menjalankan refleksi teologis, dan akhirnya menyediakan alternatif tesis atau prinsip teologis dari pengalaman nyata itu untuk mendorong pilihan tindakan konkret. Cara berteologi semacam ini merupakan sebuah jalan teologi yang terlibat dan mau tidak mau, berpihak juga. Metode berteologi dari pengalaman pada gilirannya akan melahirkan jalan teologi keterlibatan.
Cerita pendek dan narasi fiksional historis, merupakan media yang menarik untuk dipilih sebagai media berteologi. Cerita dan narasi menyediakan ruang keterlibatan imajinatif yang dapat membantu melahirkan pertanyaan menghadapi situasi konkret, menantang setiap pribadi untuk memberikan jawaban dan sikap yang mandiri dan bertanggung jawab, mendorong setiap orang untuk bergumul secara serius dengan prinsip-prinsip dan nilai-nilai hidup yang mendasar yakni kemanusiaan, perdamaian, keadilan, kejujuran, hormat terhadap seluruh ciptaan, dan menjagai prinsip dan nilai tersebut dalam sebuah konsistensi yang bermartabat.
Barangkali bolehlah dikatakan bahwa bagi penulis, menulis cerita pendek dan narasi fiksional historis adalah sebuah cara alternatif untuk berteologi, terutama menjalankan teologi sosial kontekstual. Teologi sosial kontekstual menjadi prioritas pilihan karena merupakan jalan teologi yang dinamis, yang menantang, mengevaluasi dan mendorong teologi yang bersifat dogmatis, untuk selalu merumuskan kembali dirinya dan senantiasa terbuka kepada kehidupan yang jauh lebih luas daripada dogma-dogma itu sendiri. Mengapa demikian? Karena di dalam kehidupan yang dinamis itulah Tuhan bekerja. Maka pantaslah dikatakan bila Tuhan adalah Pekerja. Jika Tuhan adalah Pekerja, maka sepantasnya manusia tidak berdiam diri, melainkan terus bekerja dan berteologi!
Semoga cerita-cerita pendek sederhana dan narasi-narasi fiksional historis yang disajikan dalam buku kecil ini dapat menjadi teman dialog bagi para pembaca dan melahirkan gagasan serta pilihan tindakan produktif di tengah kenyataan kehidupan yang semakin tak memungkinkan untuk bersikap netral. Selamat membaca.