Wednesday, November 08, 2017

Janganlah berhenti berdoa – Paus Fransiskus

Pernyataan Bapa Fransiskus yang disampaikan melalui tweetter ini tampaknya merujuk kepada sebuah perikop dalam Injil Lukas, yakni Luk 18:1-8. Dalam perikop ini Yesus menegaskan kepada para muridnya untuk selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu. Melalui perumpamaan tentang hakim yang tidak baik, Yesus hendak mengatakan bahwa jika hakim yang tidak baik saja akhirnya memberikan pembenaran kepada janda yang terus-menerus datang meminta pembelaan haknya supaya ia tidak merasa terganggu, apalagi Bapa yang di surga, pasti akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepadaNya tanpa harus mengulur waktu untuk memberikan pertolongan.

Dalam kehidupan sehari-hari, lebih banyak orang berpandangan bahwa berdoa itu sama dengan menyampaikan permohonan kepada Tuhan dan berharap bahwa Tuhan mengabulkan permohonan itu. Jika permohonan itu dikabulkan, maka itulah yang disebut dengan doa yang berhasil. Sebaliknya, jika permohonan yang disampaikan dalam doa itu tidak dikabulkan atau belum dikabulkan padahal sudah selalu berdoa berkali-kali, lebih banyak orang merasa bahwa doa itu tidak lagi berguna. Dalam situasi yang sangat sulit, lebih-lebih jika situasi sulit itu berlangsung dalam waktu yang lama, di mana tampaknya tidak harapan, orang seringkali cenderung berpandangan bahwa doa itu tidak lagi berguna, karena tak ada harapan bahwa permohonan yang disampaikan itu akan dikabulkan oleh Tuhan.

Di kalangan para mistikus, yakni orang-orang yang secara serius dan tekun mendalami kehidupan spiritual, doa tidak semata-mata dipahami sebagai sarana untuk mengajukan permohonan kepada Tuhan sehingga permohonan yang disampaikan itu pada akhirnya dikabulkan. Bagi para mistikus, doa adalah sebuah latihan rohani, perjuangan dan laku spiritual yang terus-menerus dilakukan, dipelajari, dan dijalankan tanpa pernah berhenti pada apa yang disebut sebagai puncak keberhasilan. Doa adalah latihan rohani yang dinamis, selalu harus diperbaharui, selalu harus dilatihkan dalam ketekunan dan disiplin. Dalam latihan rohani itu, yang pertama-tama dilakukan adalah mengucapkan syukur kepada Tuhan atas seluruh anugerah yang telah diterima sampai dengan detik ini. Anugerah kesehatan, anugerah keindahan pagi, anugerah keluarga yang penuh kasih sayang, anugerah persahabatan, anugerah kesanggupan untuk berbagi dan banyak hal lain. Hal yang kedua yang dilakukan di dalam latihan rohani adalah memohon belas kasih Allah dan pengampunan. Dengan demikian, dua hal di dalam doa adalah syukur dan mohon belas kasih. Dari dua hal ini, sejatinya akan mengalir segala macam karunia dan anugerah dari Allah, termasuk kebeningan hati dan budi yang memungkinkan orang mengetahui apa yang sebaiknya disampaikan sebagai permohonan kepada Allah.

Oleh karena itu, ketika orang mengalami kesulitan untuk berdoa, atau merasa tidak melihat harapan dari sebuah doa, bahkan sama sekali tak memiliki keinginan untuk berdoa, sementara Yesus sendiri berpesan agar tidak kita berdoa tanpa jemu, maka satu-satunya hal penting yang harus dilakukan adalah berdiam diri dan mengucapkan dengan mulut, kata-kata ini: “Tuhan terima kasih…Tuhan terima kasih”. Atau, jika sangat sulit untuk mengucapkan kata terima kasih, maka ucapkanlah “Tuhan kasihanilah kami….Tuhan kasihanilah kami”.

Dalam pengalaman banyak orang yang berhasil mengatasi kesulitan dalam berdoa, doa singkat yang berisi “Tuhan kasihanilah kami” merupakan cara jitu yang sangat membantu agar orang akhirnya tetap dapat berdoa, bahkan dalam situasi paling sulit sekalipun. Lakukanlah doa singkat yang berisi ungkapan “Tuhan kasihanilah kami” itu secara berulang-ulang, terus-menerus dilakukan sepanjang waktu seperti orang yang melakukan dzikir. Pada akhirnya, doa singkat itu, akan mengalirkan daya rohani bagi orang yang melakukannya sehingga budi dan hatinya akan sedikit-demi sedikit terbuka dan sanggup mengalami kehadiran Tuhan yang lembut namun dasyat di dalam jiwanya.

Pesan Yesus agar para muridnya berdoa tanpa jemu, sebenarnya hendak menyatakan bahwa Allah yang adalah Bapa kita, sejatinya tak pernah meninggalkan kita, tak pernah tidak memperhatikan kita karena Ia senantiasa hadir dan dekat di dalam jiwa kita, namun kitalah yang seringkali tak sanggup menyingkapkan selubung yang menghalangi budi dan hati kita untuk merasakan dan mengalami kehadiran Allah Bapa yang sangat dekat itu. Kitalah yang merasa jauh, merasa tanpa kehadiran Allah, merasa putus harapan dan sebagainya.  Dalam latihan rohani, situasi seperti itu disebut sebagai desolasi, yakni situasi tanpa penghiburan.

Pesan Yesus agar kita senantiasa bertekun dalam doa, dengan demikian juga hendak menyatakan bahwa, dalam situasi desolasi, dalam situasi tanpa penghiburan, dalam situasi di mana kita merasa bahwa doa itu tak ada gunanya, hendaklah kita tidak melarikan diri dengan memutus doa, memutus komunikasi dan dialog batin dengan Tuhan. Dalam situasi itu, satu-satunya hal yang tetap harus dilakukan adalah membangun komunikasi terus-menerus dengan Tuhan. Sekali lagi, dalam situasi paling sulit, maka berdoalah “Tuhan kasihanilah kami” secara berulang-ulang, terus-menerus, tanpa kunjung putus. Niscaya, daya-daya rohani yang berupa keheningan batin, keterbukaan, ketundukan kepada Allah, kesadaran akan kebesaran Tuhan dan kekerdilan diri, kesadaran sebagai pribadi yang penuh dosa dan kekurangan namun senantiasa dicintai oleh Tuhan, akan mengalir di dalam diri kita, sehingga kita semakin dapat mendengarkan Tuhan yang berbicara di dalam hati kita dan menuntun kita untuk mengambil keputusan-keputusan yang penting dan perlu di dalam hidup kita.

Salah satu gerakan fisik yang dapat membantu jiwa kita untuk tetap terhubung dengan Tuhan pada saat desolasi atau dalam situasi tanpa penghiburan, adalah bersujud dengan dahi sampai menyentuh tanah, sambil berulang-ulang mengucapkan “Tuhan kasihanilah kami”.

Oleh karena itu, tetaplah bertekun di dalam doa, agar daya-daya rohani itu mengalir dalam diri kita, dan Allah sendiri yang memampukan kita untuk merasakan kehadiranNya, dan merasakan anugerah-anugerah yang dilimpahkan kepada kita secara tak terbatas. Hanya di dalam doa yang tak kunjung putuslah, seluruh pilihan tindakan sosial kita akan dijamin berada dalam berkat Tuhan, sehingga melalui pekerjaan-pekerjaan harian kita, kita dapat semakin dapat mengalirkan berkat Tuhan itu kepada sesama.***


(Indro Suprobo)