Friday, May 14, 2021

Integritas

Oleh Indro Suprobo


Sebagaimana atas nama Tuhan dan agama seseorang atau sekelompok orang dapat saja menghancurkan kemanusiaan yang semestinya dimuliakan dalam kemartabatan, atau atas nama pembangunan dan nasionalisme, seseorang atau sekelompok orang dapat saja menyingkirkan hak-hak warga negara yang semestinya justru harus dijamin dan dilindunginya, demikian juga atas nama wawasan kebangsaan, seseorang atau sekelompok orang dapat saja melecehkan integritas panjang penuh risiko keamanan dan keselamatan yang sesungguhnya merupakan praksis nyata loyalitas terhadap nilai-nilai dasar kebangsaan yang semestinya diperjuangkan. 

Praksis-praksis semacam ini barangkali merupakan tindakan yang sering disebut sebagai bersifat instrumentalis, yakni menjadi alat untuk mengabdi kepada suatu kepentingan, dan bukan tindakan yang bersifat emansipatoris, yakni yang menghargai dan mengakui kesetaraan keberadaan liyan dalam komunikasi dialogis demi mengarah kepada pembebasan tanpa dominasi dan represi. 

Dalam pemahaman saya yang terbatas, wawasan kebangsaan adalah cara berpikir, pilihan sikap dan pilihan tindakan yang didasarkan dan diorientasikan kepada nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh landasan ideologis-konstitusional dan dijamin oleh konstitusi. Integritas bertahun-tahun dalam kerja-kerja pencegahan dan pemberantasan korupsi dengan menanggung segala risiko yang mengancam keselamatan dan keamanan jiwa adalah salah satu wujud dan praksis nyatanya. Ia merupakan konsistensi antara pikiran, sikap dan pilihan tindakan. Oleh karena itu, pelecehan terhadap integritas bertahun-tahun dan penuh risiko itu merupakan sebuah contradictio in actione. Tindakan semacam itu barangkali boleh disebut sebagai ilusi loyalitas kebangsaan karena ia lebih berorientasi kepada kepentingan dan kekuasaan, bukan kepada nilai-nilai dasar. 

Ilusi loyalitas kebangsaan semacam ini jika tidak disikapi secara kritis, berpotensi membahayakan seluruh cita-cita dan perjuangan untuk meraih keadilan dan martabat kemanusiaan. Ia menelikung kesadaran dan orientasi kepada nilai, mengaburkannya dan membelokkannya kepada kepentingan. Ia bisa jatuh sebagai bentuk kezaliman.

Jauh-jauh hari sebelum diangkat ke surga, Yesus secara tegas telah menyatakan sebuah peringatan soal integritas ini: "Bukan mereka yang berseru kepadaku...Tuhan....Tuhan..., yang akan masuk ke dalam kerajaan sorga, melainkan mereka yang melakukan kehendak Bapaku yang di sorga" (Mat 7:21).

Dalam pidato perpisahannya, yang dikenal sebagai pidato haji wada, Muhammad Rasulullah memberikan peringatan tentang betapa pentingnya melawan kezaliman karena penegakan keadilan merupakan wujud integral dari ketaqwaan. Pidato itu merupakan landasan hak asasi manusia di dalam Islam. 

Hari raya Idul Fitri dan Kenaikan Isa Al Masih, barangkali menjadi kesempatan yang sangat baik untuk mengingat penegasan dan peringatan penting dari dua guru kehidupan itu, Yesus dan Muhammad.

No comments: