oleh Indro Suprobo
Pada masa awal bangsa Israel kuno, kaum
perempuan memiliki kekuatan, wibawa, peran dan posisi yg sejajar dengan kaum
lelaki. Para istri sejajar dengan para suami, saling mendukung, berbagi peran
dan saling menghormati. Maka dikenal nama-nama seperti Deborah, Judith, dan
Ester sebagai panglima perang dan pahlawan-pahlawan. Namun ketika konsepsi
monotheisme dan kedudukan Yahweh sebagai Tuhan bangsa Israel semakin kuat, ia
mengalahkan konsepsi dewa-dewi Kanaan dan Timur Tengah dan menjadi satu-satunya
Tuhan. Kultus dewa-dewi semakin menyusut, urusan agama semakin diambil alih
oleh lelaki. Sejalan dengan itu, posisi dan peran perempuan juga menyusut,
dipinggirkan oleh peran dan posisi laki-laki.
Proses kemenangan Yahweh, Tuhan Israel
kuno, dalam menempati posisi sebagai Tuhan yang Esa, mengatasi segala dewa-dewi
yang lain itu, diraih dengan susah payah, melibatkan penderitaan, kekerasan,
pertentangan, konfrontasi. Ini semua menunjukkan bahwa konsepsi monotheisme di
antara orang-orang Israel kuno itu tidak datang dan diterima dengan mudah.
(Konsepsi) keunggulan monotheistik Yahweh itu tak bisa berdamai dg konsepsi
dewa-dewi dan akibatnya, dewa-dewi itu harus dikalahkan habis-habisan.
Untuk itu diselenggarakanlah Konggres
Luar Biasa Majelis dewa-dewi suci untuk menentukan kriteria kepemimpinan
monotheistik Yahweh. Ini terdokumentasi dalam kitab Mazmur (kitab Zabur) 82.
Isinya demikian:
Yahweh mengambil posisi dalam Majelis El
untuk membuat keputusan di antara para
allah
"Berapa lama lagi kamu menghakimi
dengan zalim dan memihak lepada orang fasik?
Berilah keadilan kepada orang yang lemah
dan kepada anak yatim, belalah hak orang yang sengsara dan orang yang
kekurangan!
Luputkanlah orang yang lemah dan yang
miskin, lepaskanlah mereka dari tangan orang fasik!"
Mereka tidak tahu dan tidak mengerti
apa-apa, dalam kegelapan mereka berjalan, goyanglah segala dasar bumi.
Aku sendiri telah berfirman,"Kamu
adalah allah, dan anak-anak Yang Mahatinggi (El Elyon) kamu sekalian. Namun
seperti manusia, kalian akan mati dan seperti salah seorang pembesar kamu akan
tewas."
Dalam Konggres Luar Biasa Mitologis yang
suci itu, Yahweh menetapkan kriteria untuk menduduki posisi sebagai pemimpin
monotheistik para illah, yakni kesanggupannya untuk menjamin semua bentuk nyata
keadilan sosial dan kesejahteraan bagi seluruh realitas hidup bangsa Israel
kuno sehari-hari. Melalui konggres luar biasa mitologis itu, Yahweh menyiapkan
diri menempati posisi tertinggi dan berhak untuk disembah sebagai satu-satunya
Tuhan semesta alam, mengalahkan semua dewa-dewi yang lain.
Konsepsi monotheistik bangsa Israel
kuno, perlahan-lahan berjalan ke depan dan Yahweh yang dipercaya sebagai Tuhan
tertinggi, semakin meninggalkan sifatnya yg parsial sbg Tuhan suku-suku Israel,
dan semakin menjadi universal, melintasi bangsa-bangsa, dan disebut Elohim,
Tuhan Pencipta semesta alam. Konggres Luar Biasa ini tentu sah karena dihadiri
oleh para illah suku-suku di seantero negeri.
Ini sepenggal perjalanan sejarah
konsepsi Tuhan pada jaman Israel kuno, yang berpengaruh pada praksis
peminggiran peran perempuan dalam kultur kemudian.
(Disarikan dari penggalan bacaan Karen
Armstrong, Sejarah Tuhan, hlm.92-95)
No comments:
Post a Comment